Perbedaan Etika dan Etiket serta kepribadian - Konsep Pelayanan Prima
Bisnis dan Manajemen SMA SMK
Dua istilah etika dan etiket dalam kehidupan sehari-hari terkadang diartikan sama, dan dipergunakan silih berganti. Kedua istilah tersebut memang hampir sama pengertiannya, tetapi tidak sama dalam hal titik berat penerapan atau pelaksanaannya, yang satu lebih luas daripada yang lain.
Secara etimologi, etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Etika berasal dari bahasa yunani, 'ethos', yang dalam bentuk tunggal mempunyai arti kebiasaan, akhlak, moral, watak, perasaan, sikap, atau perilaku. Dalam bentuk jamak (ta etha) mempunyai adat istiadat, kebiasaan yang dianut oleh kelompok atau masyarakat tertentu. Arti dalam bentuk jamak ini pada akhirnya menjadi latar belakang istilah etika. Etika selalu berlaku, baik sedang sendiri atau bersama orang lain. Misalnya larangan mencuri selalu berlaku, baik sedang sendiri atau ketika ada orang lain, atau barang yang dipinjam harus selalu dikembalikan meskipun si empunya barang sudah lupa.
Sedangkan istilah etiket, berasal dari bahasa Pancis 'etiquette', yang berarti kartu undangan, yang lazim dipakai oleh raja-raja Prancis apabila mengadakan pesta. Dalam perkembangan selanjutnya , istilah etiket berubah, bukan lagi berarti kartu undangan yang dipakai oleh raja-raja jika mengadakan pesta. Istilah etiket dewasa ini lebih menitikberatkan pada cara-cara berbicara yang sopan, cara berpakaian, cara duduk, cara menerima tamu dan sopan santun lainnya. Jadi, etiket adalah aturan sopan santun dalam pergaulan. Etiket menyangkut cara atau tata cara bagaimana suatu perbuatan harus dilakukan. Misalnya ketika menyerahkan sesuatu kepada orang lain; harus dengan menggunakan tangan kanan. jika menyerahkannya dengan tangan kiri, dianggap melanggar etiket.
Etiket hanya berlaku dalam situasi dimana Anda tidak seorang diri (ada orang lain disekitar anda). Bila tidak ada orang lain disekitar anda atau tidak ada saksi mata, maka etiket tidak berlaku. Contoh, ketika anda sedang makan bersama dengan teman sambil meletakan kaki di atas meja makan, maka anda dianggap melanggar etiket. Tetapi kalau anda sedang makan sendirian (tidak ada orang lain), maka anda tidak melanggar etiket.
Etiket sering disebut juga tata krama, yakni kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan antar manusia setempat. Etiket juga merupakan aturan-aturan konvensional mengenai tingkah laku individual dalam masyarakat beradab, dan juga merupakan tata cara formal atau tata krama lahiriah untuk mengatur relasi antar pribadi, sesuai dengan status sosial masing-masing individu. Etiket didukung oleh berbagai macam-macam nilai, antara lain:
- Nilai-nilai kepentingan umum,
- Nilai-nilai kejujuran, keterbukaan, kebaikan,
- Nilai-nilai kesejahteraan,
- Nilai-nilai kesopanan, saling menghargai,
- Nilai diskresi (discretion: pertimbangan) penuh pemikiran, mampu membedakan sesuatu yang patut dirahasiakan dan yang boleh dikatakan/tidak dirahasiakan.
Pengertian tentang kepribadian bermacam-macam, namun pada prinsipnya, kepribadian adalah gambaran sikap dan perilaku manusia secara umum yang tercermin dari ucapan, perbuatan, tingkah laku, dan gerak langkah seseorangan yang dapat diamati untuk dapat diukur secara nyata.
Menurut Gordon W Allport (seorang psikolog), kepribadian adalah organisasi yang dinamis dari sistem psikofisis yang unik dan khas pada diri individu, yang turut menentukan cara-cara penyesuaian diri dengan lingkungannya.
Kepribadian seseorang selain dibentuk oleh faktor dari dalam (pembawaan), juga faktor dari luar (lingkungan). Kepribadian selalu berubah dan berkembang dari waktu ke waktu sejalan dengan fase-fase perkembangan kehidupan manusia. Perkembangan kepribadian bersifat khas, unik dan dinamis. Artinya, selama individu masih tetap hidup, belajar dan menambah pengetahuan, pengalaman serta keterampilan maka ia akan semakin matang dan mantap kepribadiannya.
Faktor-faktor yang membentuk kepribadian
Kepribadian seseorang dapat terbentuk oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut.
- Faktor biologis, merupakan hubungan sedarah yang berperan penting dalam pembentukan seorang seperti, otot, pembentukan kerangka, parawakan (tinggi/pendek), anggota tubuh dan fungsinya, warna kulit, serta kemampuan nalar seperti kecerdasan, kemampuan berpikir dan menganalisis serta daya insting.
- Faktor kultural dan peradaban, merupakan faktor sejarah hidup manusia dalam peradaban dan kebudayaan, yang menyangkut kumpulan nilai-nilai, konsep-konsep, pengetahuan dan kebiasaan manusia dalam hidup bermasyarakat.
- Faktor pendidikan, pendidikan memberikan kemampuan kepada seseorang untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan latar belakang pendidikan tertentu, maka seseorang dianggap mampu menduduki suatu jabatan. Pemahaman akan kepribadian seseorang juga dapat dilihat dari pendidikan yang dimilikinya.
- Faktor keluarga, merupakan hal terpenting dalam pembentukan kepribadian seseorangm karena dari keluargalah awal seseorang belajar melakukan interaksi dengan orang lain, belajar mengenal adat istiadat, budaya, norma-norma, etika, dan nilai-nilai tradisi yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat.
- Faktor sosial dan lingkungan, status sosial dam lingkungan pergaulan (seperti keluarga, sekolah, tempat tinggal, budaya, adat istiadat), juga mempunya pengaruh yang besar dalam membentuk kepribadian.
Jenis-jenis Kepribadian
Berdasarkan fungsinya, ada empat jenis kepribadian, yaitu:
- Kepribadian rasional, yaitu kepribadian yang dipengaruhi oleh akal sehat.
- Kepribadian intuitif, yaitu kepribadian yang dipengaruhi oleh firasat atau perasaan kira-kira.
- Kepribadian emosional, yaitu kepribadian yang dipengaruhi oleh perasaan.
- Kepribadian sensitif, yaitu kepribadian yang dipengaruhi oleh panca indera sehingga seseorang cepat beraksi.
Sedangkan berdasarkan reaksinya terhadap lingkungan terdapat tiga jenis kepribadian, antara lain sebagai berikut.
a. Tipe ekstrovert dan introvert
- Ekstrovert, seseorang dengan kepribadian ekstrovert memiliki sifat terbuka, dan berorientasi ke dunia luar, sehingga sifatnya ramah, senang bergaul, dan mudah menyesuaikan diri. Di lingkungan pekerjaan ia lebih suka bekerja dengan banyak orang, suka berterus terang, aktif mengeluarkan ide-ide dan pandai mengajak orang lain mengikuti ide dan kehendaknya.
- Introvert. Seseorang dengan kepribadian introvert memiliki sifat tertutup dan berorientasi kepada diri sendiri, sehingga sifatnya pendiam, jarang bergaul, suka menyendiri, dan sukar menyesuaikan diri. Walaupun dalam bekerja ia sangat individualistis, namun orang yang introvert biasanya dapat bekerja dengan baik dan tidak mengecewakan serta dapat diandalkan.
- Seseorang tenaga pelayanan haruslah memiliki kepribadian yang menarik. Berdasarkan dari jenis kepribadian di atas, jenis ekstrovert lebih cocok untuk seorang tenaga pelayanan, karena dalam melakukan transaksinya dengan pelanggan, seorang tenaga pelayan harus sopan santun, selalu ceria dan gembira, bijaksana, mudah bergaul, penuh inisiatif, dan perhatian.
b. Tipe keras hati dan perasa
Seseorang dengan tipe keras hati memiliki ciri-ciri tegas, sanggup melaksanakan semua pekerjaan dengan baik dan penuh tanggung jawab, karena selalu berorientasi pada prestasi. Sedangkan seorang perasa merupakan seorang yang ramah, hangat, penyayang, dan suka memikirkan kepentingan orang lain, suka berbagi dan bekerja sama. Namun karena sifatnya tersebut, seringkali orang lain memanfaatkan kebaikannya karena orang yang perasa bukan orang yang ambisius, tidak mencari pengaruh sosial dan menghindari sorotan masyarakat.
c. Tipe penurut dan kreatif
Seseorang dengan tipe kepribadian penurut adalah orang yang bersahaja, lembut dan sederhana. Ia biasa-biasa saja dan tidak pernah menganggap dirinya orang yang kreatif, padahal sebetulnya ia terampil dan mengikuti perkembangan jaman. Ia lebih suka berhubungan dengan hal-hal yang ia ketahui sebelumnya.
Seseoranng kreatif adalah orang yang menyukai perubahan, memiliki banyak ide, suka mencoba hal-hal yang tidak umum/biasa. Ia juga anti kemapanan dan selalu mencari cara baru dalam berbagai hal, karena itu orang kreatif sering dianggap orang pikirannya berada di awang-awang.
(Handi Wijayadi)